Prabowo di Mata Buruh



Dalam tulisan ini saya sengaja tidak ingin mengutip sepatah kata pun apa yang dipidatokan Prabowo Subianto dalam orasinya dihadapan puluhan ribu pasang mata buruh saat menggelar peringatan Hari Buruh Internasional di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan – Jakarta, Kamis (1/5). Keberanian capres dari Partai Gerindra blusukan tampil berorasi di atas panggung dihadapan puluhan ribu buruh ini patut diacungi jempol.
Karena kalau tidak punya nyali, mana mungkin Prabowo berani berdiri dan berorasi secara lantang dihadapan puluhan ribu buruh yang disekilingnya diterbari oleh poster dan spanduk bertulisan aneka tuntutan buruh.
Keberanian Prabowo tampil di atas panggung dihadapan puluh ribu buruh ini setidaknya menjadi perhatian tersendiri akan sosok capres Partai Gerindra ini di mata buruh.
Tapi setidaknya kehadiran Prabowo blusukan di acara tersebut ingin menunjukkan empati sebagai bentuk kedekatan, kepedulian dan keberpihakannya terhadap kaum buruh, nelayan, petani atau orang pinggiran yang termajinalisasikan dan dipinggirkan secara struktural oleh kepentingan ekonomis.
Jelang Pilpres 2014, di tengah terjadinya krisis kepemimpinan, saat ini kita butuh pemimpin yang punya nyali, punya keberanian dan punya komitmen untuk membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat, kepentingan wong cilik dan orang pinggiran.
Pemimpin yang berjuang dan bekerja untuk mensejahterakan rakyatnya. Karena siapapun nantinya capres yang maju di Pilpres 2014 punya komitmen keberpihaknyya kepada kesejahteraan wong cilik. Bukan calon pemimpin yang bicara atas nama wong cilik tapi bekerja untuk kepentingan komparador dan kepentingan asing.
Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat kepada nama-nama capres yang juga berambisi maju di Pilpres 2014. Keberanian Prabowo yang langsung blusukan tampil berdiri dan berorasi di atas panggung menyampaikan gagasan visioner tentang Indonesia dihadapan puluhan ribu buruh yang saat itu menggelar demo memperingati Hari Buruh International, karena ia punya nyali.
Punya nyali untuk berpihak terhadap nasib buruh atau orang pinggiran orang yang selama ini termajinalisasikan dan dipinggirkan secara struktural oleh kepentingan ekonomis kaum komparador. Bahkan terdengar ada buruh perserta demo nyeletuk secara spontan, gayanya kayak Bung Karno.
Meski kita semua tahu bahwa capres dari Partai Gerindra ini bukanlah anak biologis atau anak ideologis penyambung lidah Bung Karno, tapi setidaknya saat berdiri dan berorasi di atas panggung dihadapan puluhan ribu kaum buruh terpancar figurisasi Bung Karno ada di dalam diri Prabowo Subianto yang secara berkobar-kobar gelorakan semangat “Marhenisme – Bung Karno” atas kepedulian dan keberpihakan terhadap wong cilik.
Itu yang saya tangkap Prabowo saat menyaksikan gelora orasi capres dari Partai Gerindra dihadapan puluhan ribu pasang mata buruh saat digelar peringatan Hari Buruh Internasional di Gelora Bung Karno.

0 Response to "Prabowo di Mata Buruh"

Posting Komentar